Sabtu, 30 November 2013

“Peran Sektor Informal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Gresik”

“Peran Sektor Informal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Gresik

” Nama Penulis : Lailatul Fajriyah NIM : 110210301015 
Abstrak
 Sektor informal yang dominan di Kabupaten Gresik adalah sektor industri rumahan seperti, pembuatan kerupuk dari ikan, pembuatan peci, rebana atau terbang, para pedagang yang banyak dan berjejeran menjual makanan khas Gesrik. Sektor usaha informal biasanya menggunakan teknologi yang sederhana dan bersifat padat karya, jadi untuk penyerapan tenaga kerja dalam hal in sangatlah banyak apalagi usaha informal yang ada di Gresik cukup banyak dan dapat membantu perekonomian masyarakat Gresik khususnya, dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik meningkat dari tahun ke tahun. 
 Kata kunci : sektor informal, penyerapan tenaga kerja,pertumbuhan ekonomi 


The informal sector is the dominant sector in Gresik is such a cottage industry, the manufacture of fish crackers, cap manufacturing, tambourine or fly, many traders and lined Gresik selling typical food. Informal sector typically make use of simple technology and labor-intensive, so for employment in the case in very many informal enterprises especially in Gresik quite a lot and can help economy Gresik particular society, and economic growth in Gresik increasing year years. Keywords: informal sector, employment, economic growth 
Pendahuluan 
Sektor informal merupakan usaha yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok masyarakat yang berdiri sendiri, tidak memilik surat ijin dan cenderung berpindah-pindah tempat usaha sesuai dengan keinginana pemilikinya. (Chandrakirana, K. dan Isono sadoko, 1995) Gresik merupakan sebuah kota yang dikenal sebagai kota industri, selain kota Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dsb karena di Kabupaten Gresik banyak sekali berbagai macam industri baik yang bersifat formal, informal maupun non formal yang ada disana. Dengan banyaknya industri yang didirikan di Gresik maka terdapat dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal yang juga dirasakan oleh masyarakat sekitar salah satu dampak eksternal yang dirasakan adalah meningkatkannya penyerapan tenaga kerja yang ada di Gresik baik yang bekerja disektor formal maupun non formal. Menurut Todaro (1998) karakteristik sektor informal adalah sangat bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi yang dimiliki secara perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana, para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya tidak memiliki keterampilan dan modal kerja. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung rendah dibandingkan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan di sektor formal. Pendapatan tenaga kerja informal bukan berupa upah yang diterima tetap setiap bulannya, seperti halnya tenaga kerja formal. Upah pada sektor formal diintervensi pemerintah melalui peraturan Upah Minimum Propinsi (UMP). Tetapi penghasilan pekerja informal lepas dari campur tangan pemerintah.

Peranan sektor informal sebagai penyerapan tenaga kerja semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan yang digolongkan dalam pekerja sektor formal adalah pekerja tetap contohnya di Kabupaten Gresik adalah pekerja pabrik Semen Gresik, Petro Kimia Gresik, yang semakin lama pekerja yang dibutuhkan harus memiliki kualifikasi yang cukup, sehingga para pekerja yang tidak diterima akan menjadi pengangguran yang pada akhirnya akan menjadi wiarusaha atau bekerja ada sektor informal, sedangkan pekerja disektor informal adalah pekerja yang berusaha sendiri namun menerima bayaran, pengusaha dengan pekerja tidak tetap dan tidak dibayar contoh usaha informal di Kabupaten Gresik adalah usaha pembuatan kerupuk di Kecamatan Sidayu, usaha pembuatan peci dan rebana di kecamatan Bungah, penjual makanan khas Gresik misalnya Pudak, Nasi Krawu, Bandeng Presto, Otak-otak ikan, yang dapat kita ketahui pada daerah sekitar pasar Gresik disana banyak sekali toko –toko yang berjualan makanan khas Gresik. Gresik merupakan daerah yang tidak cocok digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian, walaupaun terdapat beberapa tempat yang struktur tanahnya sangat cocok digunakan untuk tegalan atau yang biasa kita sebut ladang. Dengan demikian masyarakat yang ada di Kabupaten Gresik memanfaatkan sedikit banyak potensi yang dimiliki agar dapat menghasilkan rupiah, Gresik merupakan daerah yang memiliki potensi tambak yang cukup banyak oleh karenanya warga yang memiliki tambak tidak hanya memanfaatkannya dengan menjual ikan hasil panen, namun warga mulai memutar otak untuk mengolah hasil ikan setelah dipanen menjadi sebuah makan yang menjadi ciri khas Kabupaten Gresik yaitu kerupuk. Selain itu ikan tesebut digunakan untuk membuat makanana khas Gresik yaitu Otak-otak, Usaha kerupuk hanya terpusat pada kecamatan tertentu , namun masih banyak lagi usaha rumahan atau Home industri yang ada di Kabupaten Gresik, yang memiliki potensi masing-masing dalam pengembangan industri mereka masing-masing. Usaha informal yang ada di Gresik sanagt membantu sekali dalam masalah pendapatan yang diperoleh oleh warga, warga yang bekerja pada sektor informal dapat memiliki pendapatan yang diandalkan artinya jika seorang sudah memiliki usaha informal maka mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan dapat memmbantu perekonomian khususnya dikabupaten Gresik, 2 terakhir pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik mengalami peningkatan sekitar 0,43%, hal ini menunjukkan setiap tahun penyerapan tenaga kerja pada sektor informal mengalami peningkatan yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Pembahasan Gresik merupakan daerah Kabupaten yang terletak disebelah utara jawa. Kabupaten Gresik mempunyai posisi yang strategis berada antara 1’LS- 8 ‘LS dan 112’ BT- 113’ BT. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-12 meter diatas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian utara yakni daerah panceng yang memiliki ketinggaian sampai dengan 25 meter diatas permukaan laut. Gresik memiliki luas wilayah 1.174,07 Km2 yang mencakup daratan di pulau jawa seluas 977,80 Km2 dan pulau Bawean seluas 196,27 Km2. (Depdiknas Kabupaten Gresik, 1994 : 2). Seperti yang kita ketahui bahwa Kabupaten Gresik memiliki banyak potensi yang cukup baik dalam pengembangan industri, menurut penelitian secara garis besar menyebutkan bahwa Gresik merupakan daerah yang tidak cocok digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian, walaupaun terdapat beberapa tempat yang struktur tanahnya sangat cocok digunakan untuk tegalan atau yang biasa kita sebut ladang, jadi Gresik banyak digunakan untuk sektor industri. Gresik terdiri dari 18 kecamatan yang masing-masing pada umumnya memiliki sesuatu usaha yang dapat dikembangkan dan menghasilkan rupiah. Dengan semakin banyaknya industri rumahan (home industri), pedagang makanan yang terdapat di Kabupaten Gresik maka penyerapan tenaga kerja yang ada di Gresik pun cukup menigkat. Bahkan menurut penelitian 2 tahun belakangan ini pertumbuhan penduduk di Gresik meningkat yang disebabkan karena banyaknya warga yang bermigrasi dari tempat tinggalnya menuju Gresik untuk mencari pekerjaan baik yang bersifat formal mupun informal oleh karena itu pendapatan asli Kabupaten Gresik semakin tahun dapat dikatakan semakin meningkat dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik dapat dikatakan baik. Sektor informal dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan ekonomi yang tidak bernaung pada badan hukum tertentu. Di Indonesia sendiri belum terdapat undang-undang khusus mengenai sektor informal. Ada yang menyingung tapi tidak terlalu lugas menjelaskannya. Peraturan tersebut masuk pada UU 20 tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Mikro, Kecil, danMenengah). Dalam UU tersebut hanya mengakomodasi bahwa pada usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terdapat unit usaha yang dijalankan perorangan. Unit usaha perorangan ini apakah berbadan hukum atau tidak memang belum bisa didefinisikan. Saat ini pemerintah masih mendiskreditkan sektor informal, padahal sektor informal ini merupakan suatu peluang untuk menopang dan mendukung sistem perekonomian perkotaan disamping sektor formal. Sumarto (Situs Detik finance, 2008) Contoh sektor usaha informal yang terdapat di Kabupaten Gresik adalah banyaknya usaha home industri yang ada di Kecamatan Bungah terdapat usaha pembuatan terbang yang terbuat dari kulit sapi, jika di kecamatan Bungah ini hanya beberapa rumah saja yang membuat industri ini sanagat berbeda sekali dengan Kecamatan Sidayu juga memiliki home industri yang lebih khusus karena sidayu merupakan daerah tambak dan warga banyak memanfaatkan usaha dari sana, yaitu pembuatan kerupuk ikan yang lebih tepatnya terdapat di Desa Srowo Kecamatan Sidayu Gresik, di daerah tersebut banyak sekali sentra pembuatan kerupuk disana dapat dibilang setiap rumah pasti memiliki usaha pembutan kerupuk tersebut, dan hampir setiap rumah memiliki pemasaran masing-masing baik itu didalam daerah atau bahkan diluar daerah Kabupaten Gresik, dari 1 sektor ini saja banyak sekali penyerapan tenaga kerjanya dapat dibilang cukup banyak karena pada umumnya setiap rumah memiliki usaha sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya, dan penghasilan yang dihasilkan dalam sektor usaha ini tidak dapat dikatakan sedikit, seperti yang saya ketahui umumnya di Desa Srowo masyarakat sudah dapat dikatakan makmur, karena pendapatan dari hasil penjualan krupuk dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari serta mensekolahkan anak-anak mereka. Selain di kecmatan Sidayu, di daerah Gresik kota juga terdapat banyak pedagang yang menjual makanan khas Gresik misalnya pudak, otak-otak, nasi krawu dan sebagainya, para pedagang berjejer di sekitar pasar Gresik yang masing-masing memiliki cita rasa tersendiri dalam pembuatan makanan khas Gresik mulai dari penjualan pudak, penjualan otak-otak dan makanan lain yang menjadi ciri khas Gesik, dari perdagangan inilah masyarakat Gresik memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghasilan tenaga kerja informal bukan berupa upah yang diterima tetap setiap bulannya, seperti halnya tenaga kerja formal. Upah pada sektor formal diintervensi pemerintah melalui peraturan Upah Minimum Rakyat (UMR), Tetapi penghasilan pekerja informal lepas dari campur tangan pemerintah. Karena pekerja pada sektor informal sangat berbeda sekali dengan pekerjaan pada bidang formal yang penghasilan minimum diperoleh oleh tenaga kerja formal, dengan menggunakan variabel-variabel bebas lokasi usaha, lapangan usaha, rata-rata jam kerja seminggu, jumlah modal, serta variabel interaksi antara rata-rata jam kerja dan jumlah modal, sedangakan usaha informal tidak memakai indikator seperti pada sektor usaha formal. Usaha informal pada umumnya merupakan usaha yang padat karya. Kalaupun digunakan mesin dan peralatan tertentu, biasanya merupakan peralatan dengan teknologi yang sederhana. Karena itu tenaga kerja merupakan faktor produksi terpenting. Semakin lama faktor produksi ini digunkan, semakin besar pendapatan yang dihasilkan. Jam kerja tenaga kerja informal Menurut Mazumdar (1976), pada umumnya pekerja dalam sektor informal merupakan setengah pengangguran. Anggapan ini mungkin berlaku bagi pekerja informal dengan status pekerjaan pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar dan pekerja bebas, baik di sektor pertanian maupun non pertanian. Tapi bagi tenaga kerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri dan berusaha dibantu anggota keluarga, pendapat itu tidak terbukti. Seperti pekerjaan pembuatan kerupuk, pada saat ikan datang mereka berbondong-bondong untuk membuat kerupuk, namun pada saat proses penjemuran mereka akan menganggur karena mereka hanya menunggu kerupuk yang belum tahu kapan akan kering, jika cuaca yang memungkinkan maka dalam proses pengeingan akan cepat, dan mereka dapat bekerja kembali proses pengepakan kedalam plastik-plastik, namun jika cuaca sedang tidak menungkinkan maka mereka hanya dapat menunggu saja, jadi para pekerja rumahan akan menganggur. Atau pada proses pengebosan peci yang biasanya dibawa oleh ibu rumah tangg untuk dijahit diruamh, dan jika ibu rumah tangg tersebut terlalu sibuk dengan kegiatan dirumahnya maka proses pengebosan peci tidak dijalankan, yang apda akhirnya setoran yang diberikan oleh pengepul sedikit.
 Faktor yang menyebabkan berhasil tidaknya sektor informal 1. Faktor modal kerja, karena secara teoritis modal kerja dapat mempengaruhi peningkatan jumlah barang atau produk yang diperdagangkan sehingga akan meningkatkan pendapatan. Namun pada kenyataannya untuk masalah modal yang dimiliki oleh para pemilik usaha informal di kbupaten Gresik sangat kurang sekali karena mereka hanya menggunakan modal seadanya saja, tidak menguunakan modal yang cukup besar seperti usaha yang lainnya, namun dengan modal yang cukup kecil para pengusaha infornal di Gresik justru dapat memanfaatkan modal kecil dengan sebaik-baiknya dan dengan mendpatkan pendapatan yang bagi mereka cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari. 2. Faktor alokasi waktu usaha secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha dimana semakin tinggi jam kerja yang diluangkan untuk membuka usaha maka probabilitas pendapatan yang diterima pedagang sektor informal akan semakin tinggi. Di Gresik memang alokasi waktu itu sangat penting dalam memperoleh pendapatan contohnya saja usaha penbuatan kerupuk ikan di Sidayu yang membutuhkan waktu lama dalam proses pengeringan, cara yang mereka gunakan masih sangat sederhana sehingga waktu yang mereka gunakan dalam proses produksi cukup lama. 3. Faktor lama berusaha secara teoritis dalam buku tidak ada yang membahas bahwa lama berusaha merupakan fungsi dari pendapatan. Namun dalam aktifitas sektor informal, dengan semakin berpengalamannya seorang pedagang maka semakin bisa meningkatkan pendapatan usaha. Di Gresik umumnya seseorang yang memilki usaha yang cukup lama memang seorang tersebut dapat meningkatkan pendapatan yang mereka miliki karena mereka akan lebih lihai dan cepat dalam mengoprasikan atau membuat produksi mereka semakin cepat sehingga pendapatan mereka semakin lama akan semakin banyak. 4. Faktor akses kredit mempengaruhi pendapatan usaha karena pedagang akan memperoleh tambahan modal usaha yang diperoleh dari lembaga kredit maka akan digunakan untuk biaya produksi barang dan jasa serta menambah jumlah kuantitas barang dan jasa yang diproduksi sehingga akan meningkatkan pendapatan. Di daerah Gresik umumnya warga masih menggunakan modal yang pas-pasan, walupun menggunakan pinjaman itupun tidak begitu banyak karena mereka takut akan tidak dapat mengembalikan uanga yang telah mereka pinjam, jadi mereka menggunakan modal seadanya, dan buktinnya dengan demikian mereka dapt memperoleh keuntungan. Kebijakan Untuk Peningkatan Produktifitas Tenaga Kerja Informal Tenaga kerja informal pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah apalagi. Ini merupakan faktor utama yang menyebabkan rendahnya produktifitas tenaga kerja khususnya di Kabupaten Gresik. Dalam jangka panjang, program wajib belajar dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja dengan meningkatnya pendidikan. Pemerintah Kabupaten Gresik harus aktif dalam mengupayakan agar program wajib belajar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Wajib belajar harus mulai mengarah pada keharusan pendidikan pada tingkat SMA sederajat. Disamping itu, pendidikan kewirausahaan harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan menengah dan masuk dalam ekstrakulikuler khususnya SMA. Dalam jangka pendek dan menengah pemerintah Kabupaten Gresik hendaknya menyelenggarakan pelatihan-pelatihan keterampilan harus digalakkan. Misalnya : pada kecamatan Bungah yang terdpat industri pembuatan peci dan rebana harus banyak dilatih agar produksi yang dihasilkan oleh warga Bungah tidak kalah saing dengan produk lain, kualitas dari barang yang dibuat harus bagus. Dengan pelatihan-pelatihan keterampilan seperti menjahit, yang dikhususkan untuk warga Bungah dalam rangka meningkatkan kualitas peci yang. Proses penjaitan dalam peci dinamakan dngan istilah “pengebosan” atau dalam bahasa Gresik an saya menyebutnya “Ngobosi” artinya para ibu rumah tangga mengambil pola peci yang sudah dibentuk dalam sebuah kain dan selanjutnya akan dijahit dirumah oleh ibu rumah tangga setelah selesai para ibu rumah tangga menyetokan keada bos mereka untuk dihitung berapa penghasilannya, pekerjaan ini merupakan pekerjaan sampingan yang menurut ibu-ibu disekitar kecamatan Bungah hanya cukup untuk jajan ananknya. Bimbingan dan pendampingan hendaknya juga diperlukan kepada mereka yang sebenarnya mempunyai potensi untuk mengembangkan usahanya tapi karena kurang informasi dan kurangnya kemampuan manajerial yang mereka miliki sehingga mereka mengalami kesulitan mengembangkan usaha. Misalnya para ibu rumah tangga yang sudah mengambil job atau pekerjaan menjahit peci setidaknya ada bimbingan penjahitan , agar kualitas dari peci sendiri akan terlihat lebih bagus dan rapi. Mungkin metode pemagangan bagi sektor informal seperti yang dikembangkan di luar negeri, dapat menjadi alternatif bagi peningkatan produktifitas pekerja informal. Intinya pemberian keterampilan dan pengalaman bagi mereka akan sangat membantu mengatasi berbagai kendala yang mereka hadapi. Usaha lain yang dapat dilakukan pemerintah daerah Gresik dalam upaya peningkatan produktifitas tenaga kerja adalah dengan memberikan kredit lunak kepada para pemilik usaha informal, dari hasil analisis saya kebanyakan usaha yang dikelola oleh masyarakat Bungah, Sidayu, Kedamaian, dsb menguunakan alat yang cukup sederhana dan modal yang seadanya Rendahnya aksesibilitas dari tenaga kerja informal terhadap sumber keuangan formal, menyebabkan kebanyakan mereka mengandalkan modal apa adanya dari yang mereka miliki. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar modal dari usaha yang dijalankan tenaga kerja informal berjumlah kecil. contohnya saja pada usaha pembuatan krupuk ikan yang ada di sidayu hanya menggunakan alat bantu alu dan lumpang untuk menghaluskan ikan yang akan dijadikan krupuk, dan ini membutuhkan waktu yang sangat lama sekali dalam pembutan krupuk. Dan jika kredit lunak benat berjalan maka para pengusha kecil ini dapat membeli alat selep ikan untuk menunjang pekerjaan mereka, sehingga pembuatan kerupuk di kecamatan Sidayu dapat berkembang dan diharapakan penyerapan tenaga kerja yang awalnya hanya industri rumahan yang dibantu oleh satu atau dua tetangga dapat berkembang menjadi banyak tetangga yang dipekerjakan dalam sektor ini sehingga pandapata masyarakat khuhsusnya Kecamatan Sidayu dapat meningkat. Keterkaitan antara penyerapan tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik Pembangunan nasional berlangsung secara berkesinambungan, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional di samping terus mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan atau perubahan total suatu masyarakat/penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan menuju kondisi yang lebih baik (Todaro, 2004:17). Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan- kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya menciptakan/ meningkatkan permintaan di pasar. Pasar berkembang dan berarti juga volume kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam negeri meningkat, dan seterusnya, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2001) Solow (1956) Penyerapan tenaga kerja khususnya pada sektor informal merupakan satu hal yang sangat membantu dalam pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Gresik, karena di Gresik banyak sekali usaha padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja, menurut penelitian 2 tahun terkhir banyak sekali penduduk yang bermigrasi menuju kota Gresik untuk mencari pekerjaan, selain di sektor formal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 7,36%, lebih tinggi jika dibanding tahun 2010 sebesar 6,93%. Sedangkan inflasi pada tahun 2011 sebesar 5,80%, lebih rendah dibanding pada tahun 2010 sebesar 7,02%. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp. 38.024.382.950.000,00, kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 43.028.242.330.000,00. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada tahun 2010 sebesar Rp. 17.074.646.750.000,00, kemudian pada Tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 18.262.787.930.000,00. Total Target untuk Pendapatan Daerah tahun 2010 adalah Rp. 1.092.387.177.610,47. sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 1.336.212.614.579,13. Dengan demikian terbukti bahwa dengan banyaknya sektor usaha informal yang berupa industri padat karya membantu penyerapan tenaga, selain dari sektor formal dari perusahaan besar di Gresik, contohnya PT Semen Gresik, dan Petro Kimia Gresik. Penutup Sektor informal sering dikaitkan dengan ciri – ciri utama pengusaha dan pelaku informal, antara lain kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal. Sektor usaha informal yang ada di Kabupaten Gresik sangat membantu sekali dalam pendapatan yang diperoleh oleh Masyarakat, namun terdapat upaya yang hendaknya dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gresik untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja pada sektor informal yaitu dengan memerikan pelatihan kepada para pekerja, dan memebrikan kredit lunak kepada para pengusah sektor informal ini, selain itu dalam jangka pendek harus diadakan keterampilan yang dimasukkan dalam ekstakulikuler di Sekolah Menengah Atas. Dan dengan adanaya sektor informal ini dapat membantu perekonomian masyarakat khususnya di Gresik serta dapat menigkatkan pertumbuhan ekonomi walupun hanya beberapa persen saja. 
Daftar Rujukan 
 Mazumdar, Dipak (1976) Sektor Informal di Kota : Analisis Empiris terhadap Data dari Berbagai Negara di Dunia Ketiga dalam Manning, C dan T.N. Effendi (1985) (Penyunting), Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota , Jakarta : PT Gramedia Todaro, M (1998), Economics for a Development World, Longman, Essex dalam Rachbini, Didik. J (1994), Ekonomi Informal Perkotaan : Gejala Daftar rujukan Involusi gelombang Kedua, Jakarta : LP3ES Chandrakirana, K., dan Isono Sadoko. 1995. Dinamika Ekomomi informal Jakarta. Universitas Indonesia Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar